Kita dengan mudah akan
mengenali suatu lukisan sebagai lukisan bergaya Tiongkok karena lukisan-lukisan
itu mempunyai penanda khas. Penanda itu tersirat dalam corak dan gaya
goresan kuas yang sekaligus
menunjukkan otentisitas seni tradisi Tiongkok.
Sebagai seni tradisi, lukisan-lukisan itu sudah melampaui (beyond) medium, karena hakekat “cita
rasanya” dan “olah rasanya” tetap sama, baik di atas kanvas, di keramik atau
asesoris, seperti kap lampu, anyaman bambu, dll.
Lukisan Tiger karya Qi Bianshi
Di lain pihak, kita juga akan menjumpai lukisan dari desa Kamasan atau lukisan dari desa Penestanan sebagai lukisan khas Bali, bukan saja karena obyek lukisannya menunjukkan kekhasan budaya Bali, tetapi juga karena tata warnanya merujuk pada nuansa agamis Bali.
Penari Bali - karya Rustamaji
Lalu bagaimana dengan
bagian Indonesia lainnya? Adakah seni
lukis yang khas Indonesia? Kalau kita
runut dari sejarah seni lukis Indonesia, maka nampaknya kita harus merefleksikan
pada apa yang sesungguhnya diajarkan di sekolah-sekolah kita. Sampai hari ini, sekolah-sekolah kita masih
mengajarkan model menggambar “pemandangan dengan dua gunung dan sawah” sehingga yang tercantap dalam benak orang
terpelajar Indonesia adalah model lukisan “mooi
indie” sebagai gagasan yang mencirikan kehidupan otentik Indonesia. Lukisan
pemandangan dan eksotisme perempuan Indonesia menjadi subyek estetikanya.
Koleksi Tropen Museum
Para pelukis “mooi indie” menempatkan obyek-obyek dalam komposisi yang formal,
seimbang, sehingga menghasilkan suasana tenang.
Disinilah titik temu antara komposisi batik yang simetris dan seimbang
dengan dunia seni lukis yang khas Indonesia.
Namun lukisan batik sekarang belum bisa dipadankan dengan seni lukis modern karena lukisan batik itu masih terikat pada pakem : melukis seperti membatik biasa dan yang perlu diingat adalah : masih ada anggapan bahwa batik dengan teknik printing itu masih kalah pamor dengan batik tulis
Oleh sebab itu, untuk menghasilkan suatu karya seni lukis batik yang merupakan seni batik tulis (bukan batik printing) diperlukan beberapa penelitian intensif, yang meliputi :
Namun lukisan batik sekarang belum bisa dipadankan dengan seni lukis modern karena lukisan batik itu masih terikat pada pakem : melukis seperti membatik biasa dan yang perlu diingat adalah : masih ada anggapan bahwa batik dengan teknik printing itu masih kalah pamor dengan batik tulis
koleksi galeri lukisan batik online : www.lukisanbatik.com
Oleh sebab itu, untuk menghasilkan suatu karya seni lukis batik yang merupakan seni batik tulis (bukan batik printing) diperlukan beberapa penelitian intensif, yang meliputi :
- penambahan kuas pada ujung carat dengan berbagai ukuran. Kuas dipilih dari bahan khusus agar tidak melebar saat dicelup dalam lilin panas.
- latihan memegang canting berkuas agar mampu menyapu kanvas tanpa “mbleber” kemana-mana. Kemudian latihan menggambar obyek dengan memperhatikan komposisi warna
- Latihan melukis dengan canting berkuas di atas kanvas dengan memperhatikan ada berapa warna yang diperlukan
- Penelitian tentang pewarna alami yang dapat digunakan agar menghasilkan warna-warna tajam seperti cat minyak
- Penelitian tehnik pencelupan yang paling efektif untuk pewarnaan. Berapa kali kanvas harus dicelup tanpa merusak kanvas dan komposisi warna
Lukisan batik yang dapat menjadi ciri khas seni lukis Indonesia nampaknya masih harus melewati perjalanan panjang. Persis seperti teknik lukis pada keramik, namun jalan panjang ini harus ditempuh karena kita sudah berhasil menemukan teknik lukis khas Indonesia pada keramik
Koleksi Iwan Tirta